Virus Flu~ Kangen

Mungkin cuaca seperti ini memang saat saat favorite virus flu menebarkan koloni koloninya. Suhu yang naik turun drastis tidak menentu setiap harinya. Di dua puluh hari pertama bulan kasih sayang- begitu orang orang menyebutnya, matahari bersinar begitu hangat melumerkan salju salju tebal yang menutupi seluruh pandangan semenjak lebih dari 3 bulan lalu. Rumput rumput hijau di halaman yang kembali terlihat membawa keceriaan tersendiri, memberi harapan bahwa musim semi akan segera tiba, spring is coming pretty soon. Musim dimana sinar matahari kembali terasa hangat, pohon pohon kembali menampakkan daun daunnya, bunga bunga kembali bermekaran, taman taman kembali berwarna warni mewarnai permukaan bumi yang telah lebih dari 150 hari ini hanya tertutupi selimut tebal berwarna putih, beku. Ah, semi mungkin lebih baik. Ternyata musim semi masih jauh. Rumput rumput itu hanya tampak untuk 20 hari itu saja setelah ketombe ketombe dingin dari langit berjatuhan sepanjang hari sejak 3 hari lalu. Semuanya kembali putih. God is cheesing us, that's what my mom said. Beku-hangat-beku lagi membuat badan ini tidak siap beradaptasi, ditambah tugas sekolah yang bertubi tubi dan kegiatan lain luar sekolah yang juga sama sibuknya membuat pertahanan tubuh tidak begitu kuat sehingga merajalela lah si virus virus flu ini di dalam tubuh. Beberapa teman temanku sesama exchangies juga sedang mengalami hal yang sama, once more, sucks!

Aku flu berat sejak hari jumat lalu. Tenggorokan sakit, panas luar dalam, kepala pusing, batuk bersin bersin yang semakin membuat tenggorokan terasa lecet, dan semalam aku dianugerahi rainy nose, oh well! Kemarin mom membawaku ke dokter memastikan bahwa ini hanya flu biasa, bukan strap. Kami berangkat ke klinik sekitar jam 1 sesuai perjanjian di telepon. Kliniknya sepi, hanya ada aku dan dua orang pasien lain yang juga sedang menunggu. Setelah ditanya ini itu dan diperiksa sebagaimana dokter pada umumnya, si Ibu dokter yang cantik dan ramah ini memintaku membuka mulut selebar mungkin lalu dia memasukkan sesuatu seperti cotton bud namun dua kali lebih panjang untuk mengambil sampel dari tenggorokanku. Setelah sepuluh menit, dokter memberi tahu hasilnya, untunglah hanya flu bukan strap. Namun flu butuh waktu lebih lama untuk membaik karena disebabkan oleh virus bukan seperti strap yang disebabkan bakteri.

Saat saat sakit seperti ini membuatku homesick a lit bit. Kangen mama. Kangen dipijitin, kangen dikerokin dengan bahan minyak tanah plus bawang merah, kangen digosok-gosokin punggungnya pake minyak tanah biar hangat (ini cara kuno banget ya, tapi aku lebih suka pake minyak tanah ketimbang balsem) trus disulut korek (yang ini bercanda), kangen dibuatin teh melati dengan komposisi gula/madu+teh+air paling pas sedunia. Mama selalu tahu obat apa aja yang mesti aku minum , antibiotik apa yang mesti dikonsumsi dan cocok buat aku, dan selalu manjur. Ah, mama dokter pribadiku paling hebatlah. I love you Mama!  (yaah, mewek lagi nih jadinya)